Ini adalah tugas kedua yang diberikan ibu Gustini kepadaku setelah berhasil mengikuti Jambore Sastra dan Bahasa di Cibubur. Terimakasih banyak atas untukmu selalu, Bu :)
Selamat membaca :)
***
Pada tanggal 29 November
hingga 3 Desember 2011 lalu, Balai Bahasa Nasional mengadakan suatu
kegiatan yang dinamakan “Jambore Bahasa dan Sastra”. Kegiatan ini diadakan di
Cibubur, Jakarta. Saya sebagai siswa SMA Negeri 5 Padang merasa sangat
bersyukur, dan bangga diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan itu. Jambore Bahasa dan Sastra diikuti oleh setiap
siswa, mahasiswa, dan beberapa perwakilan dari balai bahasa, dan pemuda. Setiap
provinsi wajib mengutus kurang lebih 14 orang untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Tujuan kegiatan itu, menghidupkan kembali bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan.
Kegiatan Jambore Bahasa dan Sastra dibuka pada tanggal 29
November 2011 oleh wakil Menteri Pendidikan. Acara pembukaan tersebut sangat
meriah, ditambah lagi dengan penampilan alat musik angklung, dan tarian rampak
bedug. Setelah pembukaan tersebut, kegiatan langsung dimulai dengan pemberian
sedikit materi tentang Nasionalisme oleh Mayjen TNI (Purn) Santo Budiono. Saya
sangat menikmati materi yang disampaikan oleh beliau. Beliau menerangkan
tentang bagaimana Nasionalisme yang ada di Indonesia, serta cara menumbuhkan
rasa Nasionalisme yang benar. Inti dari pembicaraan itu adalah, bahasa
merupakan kunci dari terbentuknya Nasionalisme yang baik. Karena, dengan
bahasalah rasa Nasionalisme itu akan tumbuh.
Seusai sholat Magrib,
saya berserta teman-teman satu tenda kembali mendengarkan materi. Kali ini,
saya sangat bersemangat. Karena pematerinya adalah seorang sastrawan terkenal,
Putu Wijaya. Saya sangat antusias, dan serius mendengar yang beliau sampaikan.
Sungguh pengalaman yang luar biasa. Saya
ingat beberapa perkataan dari Putu Wijaya salah satunya, sastra mengajarkan kita melihat dari sudut pandang yang
berbeda. Maksudnya, sastra
mengajarkan kita untuk melihat sesuatu dengan pandangan berbeda, tidak terfokus
dengan satu pandangan. Lalu, Putu Wijaya juga menambahkan, menjadi seorang
sastrawan kuncinya adalah berjuang untuk
semuanya.
Kamis pagi, tepatnya tanggal 1 Desember 2011, saya berserta
rombongan lain mengikuti agenda kegiatan Wisata Budaya. Kami mengunjungi Monas,
dan museum Sejarah Nasional. Di dalam museum terdapat beberapa peninggalan
sejarah Indonesia. Hal yang menarik bagi saya, di dalam museum tersebut
terdapat penjelasan dari semua kerajaan yang pernah berkuasa di Indonesia.
Setelah puas menikmati museum Sejarah Nasional, kami beralih ke
museum Gajah Mada yang letaknya tidak jauh dari Monumen Nasional. Di dalam
sana, saya disambut oleh banyak patung, dan arca. Kira-kira, terdapat ratusan
patung peninggalan Buddha dan Hindu. Tidak hanya patung yang terdapat di museum
ini. Beberapa perkakas rumah tangga, rumah adat setiap provinsi, serta
barang-barang pecah belah pada masa purbakala
dulu. Hm, begitu banyak ilmu dan wawasan yang saya terima di sini.
Menjelang zhuhur, saya kembali ke Cibubur, dan mempersiapkan diri untuk
menerima materi kembali.
Tidak terasa, penghujung acara pun datang. Jumat malam saya, dan
peserta lainnya menyaksikan penutupan kegiatan itu dengan penampilan bakat, dan
seni dari masing-masing provinsi. Sayangnya, dari provinsi Sumatera Barat tidak
menampilkan apa-apa. Penampilan paling memukau dipersembahkan oleh provinsi
Bali. Tarian mereka yang khas, apalagi ketika penari Bali itu memainkan
matanya. Wah, saya sangat takjub melihatnya. Sesudah penampilan bakat, kami
mengadakan malam api unggun hingga pergantian waktu. Hm, esok pagi saya, dan
rombongan akan kembali melihat kota Padang tercinta.
Jambore Bahasa dan Sastra memberikan ilmu, pengalaman yang luar
biasa bagi saya. Saya bisa menanmbah ilmu tentang bahasa dan sastra, menambah
teman, menumbuhkan rasa percaya diri. Hal yang paling berkesan menurut saya
adalah bertemu orang-orang dengan perbedaan agama, budaya, dan bahasa seperti
Papua, Bali, Kalimantan. Serta bertukar bahasa dengan daerah tersebut.
Untuk teman-teman yang hobi menulis, seorang sastrawan
mengatakan “ Jika kamu ingin menulis, maka berhentilah. Tapi, ketika kamu
tidak ingin menulis, maka menulislah.” ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar