***
Aku tertunduk lesu saat
mendengar keputusan nya. Aku tak kuasa menentang nya walau hati ku menjerit
meronta. Dia mengakhiri semuanya. Kisah ini akhir nya mencapai puncak nya. Aku
sekarang, hanya jadi orang lain bagi nya. “sudah ?” Tanya ku tanpa menatap wajah
nya lagi. “ku harap, kamu jangan berpikir negative.” Pinta nya. “sudah ? ini
keputusan akhir nya ?” Tanya ku lagi. Air mata yang sedari tadi ku bendung,
mulai meluap sedikit demi sedikit. “sudah.” Jawab nya lagi. “aku pergi !” kata
ku sambil meninggalkan nya.
Ku telusuri jalan kecil ini,
menuju pulang. Aku di dampingi kak tisya, kakak kelas ku yang menguatkan ku.
Pikiran ku menerawang. Apa yang jadi alasan nya mengambil keputusan itu secepat
ini ? air mata masih mengucur deras dari pelupuk mata ku. Ku coba menoleh
kearah belakang, untuk melihat, masih pedulikah dia pada ku. Atau, merasa
bersalahkah ia atas keputusan nya itu. Namun ternyata, NIHIL. Yang aku lihat
hanya sosok seseorang yang biasa menemani ku bercerita. Yak, siapa lagi kalau
bukan Randi.
KECEWA. Yang aku rasakan saat
itu teramat dalam. Memang selama ini ia tak pernah menyakiti ku. Tapi, kali ini
ia menikam kan luka yang teramat dalam di hati ku. Aku masih terus berjalan
menyusuri jalan ini. “kamu kuat kan dek ?” Tanya kak tisya. “ahh.. kuat kak..”
kata ku. Ternyata sudah sampai di persimpangan. Aku dan kak tisya pun harus
terpisah. “dek, kakak pulang dulu ya. Nanti, kalo ada apa – apa, sms kakak aja
ya.” Pesan nya pada ku. “ehm.. iya kak.” Kata ku sedikit memaksa kan senyum,
agar tak menambah khawatir saat dia harus membiarkan ku berjalan sendirian.
Aku terus berjalan. Tatapan ku
lurus ke depan. Pikiran ku masih menerawang. Sekuat tenaga, ku usaha kan
menahan tangis. Tak berapa jauh dari persimpangan itu, aku pun menyebrang, dan
melewati gang rumah ku. Tak berapa jauh, aku sudah sampai di rumah. Sesegera
mungkin, ku ganti pakaian ku, dan merebahkan diri di kasur. Aku tak teringat
untuk makan sedikit pun.
Ku raih handphone ku yg
tergeletak di atas meja belajar ku. Dan aku mulai mengetik beberapa kata.
Seperti biasa, aku mengirim nya ke semua. Yang datang, hanya ucapan “SABAR”
yang bertubi – tubi. Yahh .. awal nya aku telah berniat untuk tidak akan larut
dalam situasi ini. Tapi, nyata nya aku
tak kuat. Aku tumbang. Air mata ku jatuh berderai.
Ingatan ku menerawang pada masa
– masa tiga bulan yang lalu. “mana janji nya ?” Tanya ku dalam hati. Aku
teringat saat ia berjanji pada ku, bahwa ia tak akan sama seperti mantan
kekasih ku dulu. Yang meninggalkan ku begitu saja. Nyata nya ? luka yang ia tikam
lebih dalam. Ku tatap langit – langit kamar ku sambil tetap menangis. Aku
menerawang jauh, mengingat segala nya. Sekarang, aku harus tanpa dia. Apapun !!
mulai dari sore tadi, tak ada lagi yang akan melindungi ku, menyayangi ku,
menemani ku. Aku benar – benar sendiri.
Aku teringat doa ku tiga bulan
yang lalu pada tuhan. “jika dia yang tepat untuk ku, maka satukan kami
sekarang, namun, jika dia bukan orang yang ku tunggu, maka, pisah kan kami saat
ini juga.” Namun kenyataan nya ? aku hanya memejamkan mata ku. Mencoba
menghilangkan semua nya. Tanpa sadar, aku tertidur dalam tangisan ku.
* * *
Hari ini sekolah, seperti
biasa. Namun perasaan ku masih belum membaik. Mata ku membengkak. Sisa dari tangisan semalam. Rasa nya aku tak
ingin bangun lagi, namun aku tak ingin orang tua ku mengetahui apa yang ku
alami sekarang. Ku langkah kan kaki menuju kelas. Aku terduduk lesu, dan tak
ingin melakukan apa – apa. Hanya randi yang menemani ku dari tadi malam. Ia
begitu menjaga perasaan ku. Ia tak membiarkan ku menangis. Diam. Hanya itu yang
ku lakukan. Hingga teman – teman ku pun bingung harus bagaimana menghibur ku.
Dia ? bagaimana dengan dia ?
dia baik – baik saja. Bahkan seperti orang yang tanpa masalah. aku masih belum
siap untuk berhadapan langsung dengan nya setelah kemarin. Aku tak tau harus
bagaimana pada nya. Jujur, aku tak sanggup bila harus membenci nya, dan hilang
dari kehidupan nya. Karna aku telah mencintai nya selayak nya aku mencintai
diri ku sendiri. Mungkin itu terdengar berlebihan. Namun, memang itu lah nyata
nya. Aku sudah sangat mempercayai nya. Tapi mungkin, aku memiliki kesalahan
yang tak ku sadari, hingga membuat nya memilih keputusan ini.
Hanya satu pintaku, agar ia
mendapatkan kebahagiaan yang ia cari dari orang yang tepat. Dan orang itu mampu
menjaga nya dari kedinginan yang membuat nya lemah. Apa pun kisah yang telah
tercipta bersama nya, takkan bisa terhapuskan. Apapun itu, ku terima keputusan
nya, meski aku tak pernah rela saat dia melepas cinta ku ! sampai kapan pun itu
! dan aku, akan selalu ada untuk nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar